Sejarah alam semesta ini tidak bisa
lepas dari apa yang disebut Cahaya Terpuji. Suatu cahaya yang Allah ciptakan
dari cahaya-Nya sendiri. Suatu prima
causa adanya alam semesta.
Allah yang Ahad, tunggal tidak ada apapun
kecuali Allah. Lalu memancarkan suatu cahaya yang sangat ia cintai, Nur
Muhammad. Karena sangat cintanya dengan cahaya itu lalu dari cahaya itu
direntangkanlah menjadi alam semesta, atau oleh para ilmuwan dibahasakan dengan
big bang.
Terbentuklah semesta dan segala
isinya. Inilah awal kehidupan, dari cahaya yang terpuji. Tidak lain Allah
menciptakan semua ini atas dasar cinta. Cinta kepada apa yang Dia ciptakan.
Tiada pernah lelah Allah memelihara
apa yang sudah dibentangkannya. Direkayasa-Nya dari cahaya itu suatu
entitas-entitas yang belum pernah ada sebelumnya.
Dijadikannya matahari-matahri yang
jumlahnya milyaran, kemudian muncullah padatan-padatan planet, dihimpun dalam
suatu sistem besar, mega konstruksi jagat raya. Yang ketika kita arahkan mata
keatas langit pada malam hari, terlihatlah sebagian kecil konstelasi indah
tersebut.
Di pojokan jagat raya yang sangat
besar terselip padatan yang kita namai bumi. Disinilah Allah menggelar drama
kehidupan, pentas sosial mahluknya. Allah ciptakan keterkaitan dialektis
anatara satu dengan yang lainnya, antara manusia dengan alam sekitarnya, antara
anggota himupunan alam dengan anggota lainnya.
Yang dari hubungan itu bisa tercipta
kemungkinan-kemungkinan lainnya. Anatara inti atom berdialektika dengan
elektron membentuk unsur-unsur, unsur satu dengan yang lain membentuk senyawa,
senyawa satu dengan yang lain membentuk zat-zat yang dengan keteraturan yang
sangat halus membentuk keseimbangan dan tidak ada yang tidak taat kepada
syariat Allah.
Ditempat itu juga karya terabaik
Allah SWT ditugaskan. Diberi jabatan sebagai Khalifatullah, representasi Allah
di muka bumi dan jagat raya.
Jika dibandingkan ukurannya, manusia
tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan besarnya mega konstruksi jagat
raya. Ibarat jagat raya ini kumpulan debu di padang pasir, manusia hidup di
salah satu debunya. Sungguh kecil dan tidak berdayanya manusia.
Tapi yang kecil dan lemah itulah yang
diberi mandat pengelolaan bumi, diberi sedikit kemerdekaan untuk meyalurkan
kreativitas. Agaknya memang tidak masuk akal tapi ya mau bagaimana lagi.
Sempat juga dirotes oleh mahluk-Nya
yang bernama malaikat, kenapa repot repot bikin manusia toh nanti kerjaannya
membuat rusak dan salah bunuh menumpahkan darah saudaranya sendiri? Dengan
kekuasaannya dia bantah malaikat “ Aku (Allah) lebih tahu dari kamu, kamu
jangan sok tau”.
Singkat cerita dimualilah sejarah
manusia dibumi, dari generasi-generasi. Pernyataan malaikat membuahkan bukti,
sebagian manusia merusak bumi, sebagian lain sibuk perang, mencincang saudaranya
sendiri dengan alasan yang tidak dibenarkan. Itu semua bukan menjadi alasan
untuk membatalkan penciptaan manusia. Allah bukanya tidak tahu bahwa yang
diinterupsikan oleh malaikt-Nya itu tidak akan terjadi tapi memang bukan tujuan
Allah untuk membuat manusia itu lurus-lurus saja, semuanya nurut-nurut,
semuanya baik-baik, seperti cahaya tidak akan terlihat bercahaya kalau tidak
diselubungi kegelapan, ditetapkannya dialektika cahaya kegelapan, baik buruk,
surga neraka, salah benar.
Mungkin itu kandungan pengentahuan
Allah yang tidak diberikan pada siapapun bahkan malaikat sekalipun, tapi itu
lebih tepatnya ya hanya Allah yang tau, manusia hanya bisa melakukan ijtihad
untuk mencari pemahaman, yang penting keluarannya adalah bertambahnya iman.
Dalam perjalanannya manusia semakin
tidak tahu tujuan, semakin tidak mengenal Tuhannya. Bahkan muncul kemungkinan
baru, muncul Tuhan-Tuhan baru yang dianggap Tuhan oleh manusia padahal bukan.
Akhirya sang cahaya terpuji, senior
para mahluk, dimanifestasikan oleh Allah kedalam peran manusisa, menjadi
Muhammad Bin Abdullah, anak dari pak Abdullah dan ibu Aminah. Ditugasi
membimbing manusia kembali ke jalan-Nya, dibekali nubuwah dan risalah.
Dan beliau Nabi Muhammad SAW adalah
salah satu bukti cinta Allah kepada manusia. Allah tidak tega manusia lupa
kepada asalnya, karena lupa pada asalnya adalah sumber bencana terbesar bagi
manusia, dari situlah muncul bencana lain, sperti yang disampaikan malaikat
berupa pengerusakan bumi dan pertumpahan darah.
Dua bencana itu tidak lain disebabkan
kebodohan manusia melupakan asal mulanya. Maka dituslah Rasulullah SAW.
Itu sebabnya dalam dialektika
hubungan cinta kita kepada Allah, tidak boleh kita tinggalkan Nabi Muhammad
SAW. Nabi Muhammad SAW itu kekasihnya Allah, mahluk yang paling dicintai-Nya
diantara yang lain, mahluk pertama yang Ia ciptakan dan sebagi sebab
terciptanya alam semesta.
Satu-satunya nabi yang diberi hak
syafaat, Manusia pertama yang akan dimasukkan Allah ke surga, sampai umatnya
juga kecipratan cinta-Nya sehingga umat Muhammad lah yang pertama juga masuk
surga daripada umat-umat yang lain.
Jadi kalau anda ditakdirkan lahir
belakangan ini dan mendapat kesempatan jadi umatnya kekasih Allah Muhammad SAW,
jangan pernah sia-siakan kesempatan itu, itu adalah kesempatan sekali seumur
hidup tidak bisa dulangi lagi kecuali Allah berekehendak lain.
Kalau anda tidak pernah menyapa
kekasih-Nya, Allah juga males menyapa anda, maka rajin-rajin lah menyapa
kekasih Allah.
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS AL AHZAB, Ayat 56)
Wahai engkau Habibullah, kekasih
Allah, mutiara diantara batu-batu, takdir memisahkan mu dari ku, tidak pernah
kupandang sejuk wajahmu, tapi keterbatasan itu hanya akan menambah cintaku
padamu, hanya akan menambah rinduku padamu, hanya akan menambah kenikamatan
bertemu denganmu kelak, kami umatmu sangat merindukan pertemuan itu. Ya Allah
izinkan kami bertemu dengan kekasih-Mu itu, dengan cahaya yang engkau cintai,
dengan cahaya terpuji.