Satu contoh
dalam sejarah, manusia yang mengaku dirinya tuhan. Firaun penguasa mesir. Baginya
kekuasaan dan hartanya adalah segala-ganya. Lalu apakah azab Allah itu langsung
datang seketika itu juga. Ataukah Allah tetap menggulirkan roda sejarah sampai
pada suatu titik, firaun bertemu dengan Musa as. yang secara yuridis adalah
anaknya sendiri.
Musa
dibesarkan di bawah naungan firaun, tetapi ternyata bukan anak yang firaun
besarkan tetapi kehancurannya sendiri.
Saya tidak
akan mengulas tentang kisah firauan secara kronologis. Yang ingin coba saya
kemukakan adalah proses “penghukuman” firaun oleh Allah.
Allah tidak
serta merta menurunkan sepasukan malaikat dari langit untuk menghajar firauan
dan kerajaannya. Bahkan pada satu sisi Allah seperti membiarkan firaun
melakukan kesombongannya dengan lancar-lancar saja.
Membunuh
bani israil, mengaku sebagai tuhan. Bahkan dinasti firaun tidaklah berumur
pendek. Lihat arsitektur piramida. Pernahkah arsitektur zaman sekarang membuat
yang serupa dengan piramida tanpa bantuan alat-alat berat yang di zaman firaun
mungkin belum ada.
Disina kita
lihat kemajuan teknologi dan pengetahuan. Disana kita lihat manajemen kekuasaan
yang dapat dipertahankan dengan baik oleh firaun.
Seakan-akan
seorang firauan pun tidak bisa lari dari Ar-Rahman. Bayangkan seorang yang
sudah berani mendeklarasikan dirinya sebagai tuhan. Oleh Tuhan yang sejati
masih tetap dibiarkan saja, bahakan diberi-Nya rezeki yang tidak semua orang
menerimanya.
Kepungan
Allah dengan sifat Ar-Rahman-Nya memang benar-benar meliputi segala sesuatu.
Entah itu bagian terkecil dari benda-benda sampai semesta paling besar
sekalipun.
Tidak terkecuali
orang-orang yang lalai dan tidak pernah bersyukur. Jangan dikira mereka tidak
butuh rahmat-Nya, belas kasihan-Nya. Kalau mau sudah dari dulu firaun
dihancurkan.
Jangan
pernah berfikir untuk bisa lepas dari rahmat Allah. Walaupun pada detik ini
ketika sedang membaca tulisan ini, kita masih berposisi sebagai orang yang
kurang bersyukur, jangan dikira itulah lari dari Allah. Tidak ada yang bisa
lari dari-Nya.
Maka nikmat Tuhan kamu
yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman, 16)
Allah-lah yang
menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan
siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyal karunia yang
dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (Al
Mu’min, 61)