Berawal dari biji “Kun” mulailah
massa perkembangan kehidupan. Ditanam dalam tanah rahman rahim, disirami dengan
iradah sehingga menghujammlah sang akar membentuk pondasi bagi struktur kokoh
pohon. Menjulang tinggi batang, menjadi pasak bagi ranting-ranting yang membawa
dedaunan tempat berseminya bunga dan buah. Suatu amsal yang menggambarkan
kerangka kehidupan.
Jika dilihat dari amsal ini,
mengandung pelajaran bahwa apapun itu, baik bangunan benda, pemikiran,
kekuasaan, dan lain-lain secara umum mempunyai struktur yang menyerupai pohon.
Dari mulai biji, akar, batang, ranting, daun, serta bunga dab buah. Formula ini
bisa diterapkan untuk menjelaskan banyak hal seperti benda, pemikiran, perkataan, perbuatan, dan
lain-lain. Misalnya dalam bidang pemikiran. Maka yang pertama kita cari adalah
biji atau sumber dari pemikiran tersebut.
Bisa berasal dari dalam jiwa, dari
persepsi penginderaan, atau dari informasi ilahi yang sampai pada kita. Lalu
mulailah ditanam dalam benak kita dan mulai kita sirami dengan penalaran-penalaran.
Sehingga muncullah akar. Setelah itu timbul batang ke permukaan, ini adalah
fase dimana gagasan pemikiran mulai ditampilkan dalam bentuk kebahasaan, atau
tingkah laku. Dari mulai gagasan pokok pemikiran (batang), hingga ke
cabang-cabang (ranting).
Setelah teraktualisasikan
digunakanlah daun sebagai mekanisme memperkuat dan mempertahankan batang,
ranting, dan akar. Jika dalam pemikiran, ini adalah fase pengujian ketangguhan
dan daya tahan gagasan. Digembleng oleh waktu dan berbagai ujian. Ketika tahap
ini dapat dilaluli, pohon (pemikiran) akan semakin kuat, akar semakin menghujam
(kepercayaan terhadap pemikiran), batang semakin kokoh ( aktualisasi yang
semakin tegas dan jelas), ranting-ranting yang semakin banyak (pengembangan
dari gagasan pokok yang terus bertambah dan konsisten), daun bertambah banyak
(semakin memberikan tenaga pada gagsan), dan yang terakhir adalah tumbuh bungan
dan buah sebgai hasil dari seluruh proses.
Bisa dikatakan pemikiran ini sudah
mampu memberikan manfaat (bunga dan buah) bukan hanya bagi dirinya sendiri
melainkan sudah mampu memberikan manfaat bagi lingkungannya. Selanjutnya buah
pun dapat mengandung biji, yang akan menumbuhkan tanaman baru. Tahap ini adalah
tahap penyebaran pemikiran. Berulang-ulang proses ini dilakukan sehingga
tersebarlah gagasan tersebut.
Pertanyaannya adalah pohon atau
pemikran apakah yang pantas kita tanam dan kita sebarkan? Seperti halnya
tanaman yang beraneka ragam, kita mau pilih yang mana? Pertanyaan sulit dengan
ongkos jawaban yang tidak murah. Berbagai jenis tawaran pemikiran menyerbu kita
setiap saat. Jika didaftar mungkin akan menghasilkan buku yang sangat tebal dan
berjilid-jilid.
Kita dibuat bingung dan pusing
menanggapinya. Dari berbagi pemikiran, sebenarnya kita bisa analisa dengan amsal
pohon diatas. Pertama dan yang utama adalah dari manakah pemikiran itu berasal?
Sumber pemikiran menentukan kualitas dan bahkan manfaat yang akan kita terima
kelak. Juga sebagai syarat kebenaran serta presisi yanga akan kita capai.
Prinsipnya adalah kebenaran pasti bersumber dari sesuatu yang benar pula.
Kebenaran disini dalam benar yang sejatinya benar. Benar yang tanpa ditunggangi
kepentingan tertentu.
Lalu apa yang tidak ditunggangi
kepentingan? Ya yang tidak berkepentingan. Coba anda teliti yang tidak
berkepentingan itu. Yang tidak berkebutuhan akan siapapun dan apapun. Yang maha
independen dan tak bisa didekte oleh orang lain. Soal batang, ranting, dauan,
bunga dan buah itu otomatis tergantung dari kesungguhan merawat serta desain
yang disisipkan oleh sumber kepada biji.
Nanti kalau sudah ketemu yang seperti
itu, maka mulailah ambil atau minta biji dari sumber tersebut. Siramilah dengan
tekun, rawat dan kawallah pertumbuhannya. Niscaya anda akan mendapatkan sesuatu
yang tidak anda duga dan sangat indah.
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat. (QS Ibrahim, Ayat 24-25)
Biji yang berasal dari Allah sendiri
menjadi bermacam-macam benda dan fenomena, saling bersautan membentuk
kemungkinan benda baru atau fenomena baru. Termanifestasi dalam sejarah panjang
alam semesta.